Sabtu, 17 April 2021

Masjid/مسجد dalam Aksara Jawa



Sempat ramai bagaimana menuliskan "Masjid" dalam Aksara Jawa Baru (Carakan), setidaknya ada dua pendapat yaitu:
A. Pendapat yang menyatakan bahwa masjid ditulis dengan menggunakan aksara Sa dantya (berkode "a" pada gambar) dengan alasan bahwa bunyi masjid/مسجد itu huruf Sa-nya adalah Sin/س yang mana Sin/س ini setara dengan Sa Dantya (ꦱ). 
B. Pendapat yang menyatakan bahwa Masjid ditulis dengan aksara Carakan Sa Talawya (palatal) dengan alasan bahwa rumus warga aksara dalam Bahasa Sanskerta menyatakan jika bunyi Sa sigeg/mati jika bertemu aksara Ja maka itu adalah aksara Sa Talawya (ꦯ). 

Perdebatan seperti ini sebenarnya menarik dan menambah wawasan/khazanah keaksaraan bagi kita, masing-masing pihak memiliki dasar argumen yang memperkuat pendapat mereka. Di sini kita akan mencoba memahami argumen yang ditawarkan dari keduanya.. 

Pendapat A menitikberatkan kepada cara menuliskan aksara Jawa yang menghasilkan bunyi yang semirip mungkin dengan suara/bunyi yang terdapat pada bahasa jawa dan bahkan bahasa asalnya (bahasa arab). Jadi ketika tertulis ꦩꦱ꧀ꦗꦶꦢ꧀ maka ketika dibaca akan terdengar mirip dengan مسجد/masjid dalam bahasa jawa maupun arab.. 

Pendapat B menitikberatkan kepada cara penulisan aksara Jawa agar konsisten dengan kaidah penulisan Bahasa Sanskerta yang mana rumusnya adalah jika aksara Sa sigeg/mati bertemu aksara Ja maka aksara Sa tersebut adalah aksara Sa Talawya. Secara kaidah/rumus Bahasa Sanskerta maka rumus ini bisa dipakai, tetapi dalam proses transliterasi maka bunyi yang dihasilkan ꦩꦯ꧀ꦗꦶꦢ꧀ adalah maʃjid/maśjid (مشجد), sudah berbeda bunyi dan (mungkin juga) berbeda makna dari kata yang dimaksudkan. Selain itu pendapat B ini justru membenturkan kaidah penulisan dalam upaya transliterasi [masjid adalah kata Bahasa Jawa (bukan Sanskerta) dan hasil serapan dari Bahasa Arab, bukan Sanskerta]. Yang perlu diketahui juga bahwa rumus Sa mati + Ja = Sa Talawya + pasangan Ja ini ternyata juga tidak dipakai dalam menuliskan Masjid di dalam Bahasa India yang merupakan anak Bahasa Sanskerta, Orang/Bahasa India menuliskan masjid dengan tulisan मस्जिद yang memakai Sa Dantya, bukan Sa Talawya. Artinya rumus warga aksara tidak bisa berlaku mutlak, terutama jika menuliskan kata yang berasal dari bahasa asing (non-sanskerta) karena bunyi yang dihasilkan akan menjadi berbeda dengan bunyi dan makna yang dimaksudkan.. 
Selain itu, Bahasa Jawa dan Aksara Jawa bukanlah Bahasa Sanskerta yang harus mengikuti kaidah Sanskerta secara penuh. Dalam Sanskerta tidak terdapat E pêpêt tetapi dalam Aksara Jawa terdapat E pêpêt, maka jika dipaksakan harus kembali sesuai dengan kaidah Sanskerta maka kita bisa kehilangan E pêpêt yang telah kita miliki.. 

Lalu, manakah yang paling benar? 
Sampai saat ini saya belum berani menyimpulkan pendapat mana yang paling benar (takut dihujat "mendem kamus" dan/atau "mendem rumus"), tetapi sebagai orang desa yang dianggap kurang kompeten oleh para winasis yg ndangak di sana saya memiliki tips aman untuk menulis masjid dalam bahasa Jawa: saya menulisnya sebagai Mejid (ꦩꦼꦗꦶꦢ꧀) saja.. 🤭😁✌️

Tidak ada komentar:

Posting Komentar